My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Kamis, 08 Desember 2011

Pelopor Gerakan Wanita di Indonesia

     Atas keprihatinan terhadap kondisi kaum perempuan Indonesia, beberapa perempuan mencoba untuk mempelopori kebebasan dan kesetaraan kedudukan dengan kaum laki-laki, terutama dalam bidang pendidikan. Langkah ini dikenal dengan nama gerakan emansipasi wanita. Sang penyuara gerakan emansipasi ini adalah Raden Ajeng Kartini seorang putri Bupati Jepara, melalui tulisan-tulisannya dalam bentuk surat yang dilayangkan kepada sahabat karibnya bernama Nyonya Abendanon. Kumpulan surat-surat Kartini tiu kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1911. Dalam bukunya, diungkapkan bagaimana sikap atau pandangan orang tua terhadap putra-putrinya, ketaatan dan kepatuhan kepada adat, termasuk kaida-kaidah tata susila, sopan santun serta tata cara yang mengatur segala macam hubungan sosial.
Pada masa peralihan abad ke-19 dan ke-20 kaum Aristokrat memiliki kesempatan mengadakan kontak dan pergaulan dengan masyarakat Eropa melalui lembaga Pendidikan. Jumlah putra-putri kaum pribumi yang bersekolah pada lembaga pendidikan Eropa semakin besar. Hal ini sangat wajar berdasarkan lokasi sosialnya, bangsawan pribumi menjadi pelopor modernisasi masyarakat Indonesia. Tidak mengherankan pula dari kalangan itu muncul prakasarsa untuk mendirikan sekolah bagi kaum wanita yang diasuh oleh para warga ningrat itu sendiri.
Kaum wanita selain mendapat pelajaran untuk mengasah kecerdasan dan ketrampilannya juga untuk membangun sopan santun dan kesusilaan. Karena wanita mendapat pendidikan pada lingkungan sekolah dan lingkungan keluarganya, maka sudah sewajarnya wanita mendapat panggilan suci dalam pendidikan. Jadi kunci kemajuan kaum wanita Indonesia adalah kombinasi antara pendidikan barat dengan timur.
2.      Awal Mula Munculnya Organisasi Wanita Indonesia

Pada mulanya pergerakan wanita masih merupakan usaha dari beberapa orang perempuan dan belum dibentuk dalam suatu perkumpulan. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 pada dasarnya masih terbatas sifat dan tujuannya, yaitu menuju perbaikan kecakapan sebagai ibu rumah tangga. Cara mencapainya adalah dengan jalan menambah pengajaran, memperbaiki pendidikan, dan mempertinggi kecakapan khusus untuk wanita. Tujuan yang bersifat sosial kemasyarakatan kebangsaan belum dikemukakan. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo di Jakarta(1912). Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan memberikan penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka dan tegak serta melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, 1916 di Cianjur, 1917 di Ciamis dan tahun 1918 di Cicurug. Pengajar yang terkemuka dari perkumpulan Kautamaan Istri di tanh pasundan adalah Raden Dewi Sartika. Sekolah Kartini juga didiriakan di Jakarta pada tahun 1913, lalu berturut-turut di Madiun tahun 1917, di Indramayu, Surabaya, dan Rembang tahun 1918. Perkumpulan Kaum Ibu didirikan untuk memajukan kecakapan kaum wanita yang bersifat khusus seperti memasak, menjahit, merenda, memelihara anak-anak dan sebagainya. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang bersifat agama Islam dengan nama Sopa Tresna yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhamadiyah dengan namaAisyah. Di Minangkabau berdiri perkumpulanKeutamaan Istri Minangkabaudan Kerajinan Amal Setia yang berusaha memajukan persekolahan bagi anak-anak perempuan.

3.      Tujuan Organisasi
Gerakan wanita Indonesia memliki beberapa tujuan, diantaranya :
a)      Mendapat pelajaran untuk mengasah intelegensi untuk membangun sopan santun dan kesusilaan.
b)      Memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan memberikan penerangan dan bantuan dana.
c)      Mempertinggi sikap yang merdeka dan tegak.
d)     Melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
e)      Memajukan kecakapan kaum wanita yang bersifat khusus memasak, menjahit, merenda, memelihara anak dan sebagainya.
f)       Meningkatkan rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.
g)      Menciptakan wanita Indonesia yang modern.
h)      Merajut mimpi meraih masa depan yang cerah.

0 komentar:

Posting Komentar