My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Senin, 07 November 2011

PKK : PAHLAWAN WANITA SEPANJANG JAMAN

Gerakan PKK yang dilahirkan pada masa Orde Baru itu pernah dituntut masyarakat untuk dibubarkan karena dianggap sebagai gerakan ibu-ibu yang tidak ada gunanya, kegiatannya dianggap ngrumpi atau ikut campur urusan yang dikerjakan suaminya yang sedang menjabat. Kenyataannya di lapangan sangat berbeda. Gerakan PKK telah sangat berjasa membantu dan mendampingi keluarga, umumnya ibu-ibu dan keluarga sederhana di pedesaan dalam memahami aspek-aspek pembangunan, ikut menjadi pendamping para pejabat dan rakyat di pedesaan dalam mengolah pembangunan dan secara berani sangat sering bekerja keras melebihi tanggung jawab yang dipikulnya. Gerakan PKK dengan kader-kadernya di pedesaan sering, bahkan pada umumnya, disamping bekerja tanpa upah, harus mengeluarkan dana dari kantong sendiri karena program pembangunan di masa lalu banyak yang dilakukan dengan sistem gotong royong yang sebagian kecil saja anggarannya berasal dari pemerintah.
Sejak didirikannya, gerakan PKK selalu membantu masyarakat di pedesaan melalui empat kelompok kerja yang dibentuk dari tingkat pusat sampai tingkat daerah di pedesaan. Setiap tahun kelompok-kelompok kerja itu mengadakan pertemuan di pedesaan dan juga di tingkat kecamatan, kabupaten, kota dan propinsi untuk merancang dan memperbaharui program kerjanya. Gerakan PKK biasanya menampung, bahkan menterjemahkan program-program pemerintah menjadi gerakan yang sederhana dan bisa dilaksanakan oleh rakyat banyak. Menurut pengalaman, banyak sekali program dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah untuk rakyat banyak selalu diterjemahkan oleh PKK menjadi gerakan masyarakat yang luas dan mandiri.
Gerakan PKK dengan kelompok kerjanya, terkenal dengan nama Pokja PKK, dengan perincian sebagai Pokja satu sampai Pokja empat, yang semuanya selalu tanggap terhadap program dan kegiatan yang dirancang pemerintah untuk rakyat, utamanya untuk kaum ibu atau perempuan pada tingkat pedesaan. Pokja pertama atau Pokja I biasanya dikembangkan dengan program-program dalam bidang keagamaan yang secara populer mengadakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk Pokja ini PKK membina anggotanya mengembangkan nilai-nilai keagamaan dalam program dan kegiatan yang dikerjakan sendiri oleh rakyat banyak, utamanya kaum ibu. Bentuk programnya berbeda atau bervariasi dari desa ke desa.
Sebagai contoh, beberapa daerah mengembangkan Pokja I berupa program Sema’an Al-Qur’an secara rutin, menyelenggarakan pengajian secara berkala, berlatih merawat atau menyelenggarakan lomba perawatan jenazah, mengadakan Temu Remaja untuk bersama-sama memahami kitab suci Al Qur’an, menyelenggarakan sosialisasi UU 23 tahun 2004 khususnya tentang penghapusan KDRT dan perlindungan anak, HAM, Napza, Perda, mengadakan sosialisasi kesetaraan jender dipandang dari sudut agama, atau mengadakan gerakan kebersihan berupa Gerakan Jum’at Bersih.
Kegiatan Pokja II PKK biasanya berupa program operasional dengan variasi yang menarik. Program dan kegiatan itu antara lain berupa kursus merangkai hantaran lamaran bagi santriwati, mengadakan kursus rias pengantin, mengadakan kursus menjahit dan memotong pakaian, mengadakan kursus ketrampilan daur ulang, mengadakan orientasi Kader Bina Keluarga Balita, atau BKB, mengadakan Lomba BKB dan pendidikan dini usia atau PADU, dan bahkan ada pula yang secara sungguh-sungguh mengadakan persiapan dan pelatihan guru untuk program PADU yang diselenggarakan secara mandiri.
Kegiatan Pokja III PKK umumnya berhubungan dengan ketahanan pangan, pertanian dan perkebunan, yang dimasa lalu umumnya dikelola dengan sangat intensif. Pokja III biasanya berdampingan dengan Kanwil dan Dinas Pertanian yang dimasa lalu mempunyai program yang sangat intensif di pedesaan. Program Pokja ini dikembangkan antara lain berupa kegiatan kaum ibu berupa penyuluhan gerakan intensifikasi terpadu, penyelenggaraan kontes produksi pisang mas, kegiatan penyuluhan agar timbul kesadaran dan kehormatan untuk tetap menghargai pemanfaatan pangan lokal berupa kontes pangan lokal, mengadakan pelatihan pembuatan menu PMT-AS, memberi penyuluhan tentang tehnik menanam sayuran dengan sistim vertikultur untuk mendukung agropolitan, ketahanan pangan dan peningkatan gizi, penyuluhan gizi secara intensif, penyuluhan rumah sehat dalam program Tri Daya yang marak dan menarik.
Pokja IV PKK sangat erat hubungannya dengan penyelenggaraan program KB dan Kesehatan. Selama lebih dari tigapuluh tahun para anggota PKK aktif memberikan penyuluhan dan di banyak desa, atau ikut membantu pelayanan KB dan Kesehatan, baik dalam membagi kontrasepsi atau melakukan penimbangan balita. Segera setelah gerakan KB dan Kesehatan membentuk Pos Pelayanan Terpadu di desa-desa atau Posyandu di tahun 1983, banyak, atau hampir semua kader PKK menjadi mitra kerja yang sangat akrab dari gerakan KB dan Kesehatan di Posyandu. Program PKK biasanya berupa pengadaan pelatihan atau lomba kader Posyandu, mengadakan Sarasehan Kesehatan Reproduksi Remaja, mengadakan sosialisasi KB, mengadakan kunjungan pada keluarga miskin, atau kurang mampu, yang mempunyai anak Balita, mengadakan sosialisasi KB dan kesehatan sederhana, utamanya untuk mencegah adanya penyakit menular, ikut serta membantu distribusi alat dan obat kontrasepsi, garam yodium, ikut mengadakan pelatihan kader Gerakan Sayang Ibu, mengadakan pelatihan santriwati, ikut dalam penyuluhan dan gerakan PHBS, sosialisasi PSN dan pemeriksaan jentik.
Karena anggota PKK terdiri dari hampir semua ibu-ibu di pedesaan, bisa saja program dan kegiatan Pokja-pokja itu tumpang tindih. Keadaan ini biasa saja dan tidak menimbulkan masalah. Para ibu di pedesaan biasanya tidak terlalu kaku dalam mengolah kegiatannya di perdesaan. Inti dari kegiatan mereka biasanya gotong royong untuk memelihara kebersamaan, baik antar tetangga atau dengan ibu-ibu yang berasal dari desa lainnya. Para kader PKK bisa saja saling tukar menukar pengalaman dan meminjam para pelatih atau pendamping yang berasal dari desa tetangganya. Kehadiran pemimpin atau pendamping dari desa tetangga itu biasanya bisa menarik minat untuk kumpul kembali atau menyegarkan minat anggota yang relatif agak malas atau bosan berkumpul.
Para pejabat dari dinas dan penggawa desa biasanya juga bisa merangsang semangat atau memberi masukan berupa petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan oleh para kader dari desa, bahkan tidak jarang mereka diundang untuk memberi penyuluhan secara langsung kepada anggota PKK yang ada. Tidak jarang pertemuan penyuluhan yang seharusnya diundang oleh pejabat dinas justru diselenggarakan oleh kader-kader PKK dengan kehadiran para pejabat dinas. Kerjasama seperti ini bisa meningkatkan kepercayaan kepada kader, tetapi sekaligus mempermudah tugas yang menjadi tanggung jawab para pejabat tingkat kabupaten, kota atau kecamatan.
Pada tingkat pusat, gerakan PKK dikoordinasikan oleh isteri Menteri Dalam Negeri dan dibantu oleh suatu tim yang sangat kuat dan dinamis. Pengurus pusat biasanya disebut Tim Penggerak PKK tingkat pusat. Tim Penggerak ini mengatur pokok-pokok manajemen dan program PKK untuk seluruh daerah. Tim Penggerak itu juga melakukan kerjasama dengan Departemen atau Instansi tingkat pusat. Dalam kegiatan operasional Pimpinan Tim atau anggotanya sering mengadakan koordinasi dan kunjungan bimbingan bersama-sama ke daerah dan desa-desa.
Pada tingkat kabupaten atau kota dipimpin oleh isteri bupati atau isteri walikota. Kalau kebetulan bupati atau walikotanya perempuan maka kepemimpinan dialihkan pada isteri Sekda atau pejabat senior lainnya. Bupati atau Walikota yang rajin dengan gerakan kemasyarakatan biasanya menjadi kunci keberhasilan PKK yang sangat penting. Apabila seorang bupati atau walikota dan istrinya menaruh komitmen dan perhatian yang tinggi terhadap gerakan PKK, maka umumnya PKK di wilayah itu sangat maju. Lebih-lebih kalau kegiatan para isteri bupati dan walikota itu bisa diteruskan kepada camat dan isterinya, kepala desa dan isterinya, maka PKK di daerah itu akan sangat maju. Hampir dapat dipastikan kalau PKK di suatu daerah maju, maka banyak sekali kegiatan kaum ibu yang menonjol. Tingkat kesehatan di pedesaan, utamanya penanganan masalah KB dan gizi, penimbangan balita dan pemeliharaan ibu hamil dan menyusui, atau bahkan kegiatan ekonomi keluarga dalam bentuk kerajinan dan sebagainya, relatif maju pesat.
Dalam keadaan kemiskinan yang masih sangat tinggi sekarang, disamping kita harus angkat jempol kepada PKK karena jasa-jasanya, ada baiknya pemerintah dan masyarakat memberikan kepercayaan yang tinggi kepada PKK dan lembaga lain seperti PKK di pedesaan untuk terjun bersama aparat pemerintah melakukan pemberdayaan keluarga agar makin mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. PKK dapat membantu meningkatkan peran dan fungsi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang pernah menjadi andalan gerakan KB dan Kesehatan menjadi forum pemberdayaan keluarga agar mampu melaksanakan delapan fungsi utamanya. Karena delapan fungsi utama keluarga itu menjadi tanggung jawab seluruh Pokja PKK, ada baiknya Posyandu yang sudah mandiri dikembangkan menjadi Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang bersama-sama dikelola oleh seluruh Pokja PKK bersama lembaga dan instansi lain secara terpadu di pedesaan. Posdaya bisa menjadi lembaga andalan di pedesaan yang akrab dengan rakyat
sumber:http://pkk-lampungselatan.org/index.php/component/content/article/38-dunia-pkk/48-pkk-pahlawan-wanita-sepanjang-jaman.html

0 komentar:

Posting Komentar